“Sahabat
yang baik adalah orang yang sangat kita percayai dan membuat kita tenang
bersamanya. Dia menjadi tempat berbagi kelelahan, berbagi kesedihan dan tidak
pernah menjual rahasia diri kita”
(Wahyudi SMT)
Mengapa
seseorang sulit mengendalikan dirinya? Mengapa seseorang mudah tergoda oleh
hawa nafsu? Ternyata salah satu penyebabnya adalah karena kita tidak paham
bahwa kita diberikan-Nya 5 alat bantu atau asisten yang akan membantu
meningkatkan kualitas kita sebagai Abdullah dan Kholifatullah.
Kelima
asisten itu adalah : Penampilan (PQ - Physical Quotient), Pikiran (IQ -
Intellegence Quotient), Perasaan (EQ - Emotional Quotient), Keyakinan (SQ-
Spiritual Quotient), dan Keimanan (RQ - Ruhani Qutient), atau kalau disingkat
asisten/alat bantu itu bernama P3K2. So, P3K2 ini hanyalah ASISTEN dan bukanlah
ANDA.
Jadi,
Anda bukanlah Penampilan Anda, Anda bukanlah Pikiran Anda, Anda bukanlah
Perasaan Anda, Anda bukanlah Keyakinan Anda, Anda bukanlah Keimanan Anda, tapi
Anda adalah Abddullah dan Kholifatullah (AdK) yang dibekali 5 asisten yang
bernama P3K2.
So,
tugas Anda sebagai AdK adalah menggunakan potensi P3K2 ini secara seimbang dan
proporsional. Misalkan, ketika Anda mau berpakaian maka gunakanlah Asisten
Penampilan dan Asisten Keimanan agar Pakaian yang Anda gunakan terlihat indah
dan menutup aurat.
Jika
Anda menemukan masalah matematis dan sains maka gunakanlah asisten Pikiran dan
Keimanan. Jangan Anda hitung soal matematik dengan menggunakan alat bantu
(asisten) Perasaan. Misal : “7 x 135 perasaan 800 deh... “. Oh, duniamu pasti
akan kacau.
Jika
Anda bertemu dengan istri Anda, maka gunakanlah perasaan kangenmu, tapi jika
Anda bertemu istri orang maka gunakanlah alat bantu pikiran dan keimanan.
Jangan malah kangen sama istri orang.
Nah,
kunci dari pengendalian diri adalah ketika Anda menggunakan asisten yang ada
secara proporsional, dan gagalnya pengendalian diri jika Anda gagal atau salah
menggunakan alat bantu yang ada. Demikian untuk sementara penjelasan dari kami.
Maka
kendalikanlah kelima asisten yang ada di dalam diri Anda secara proporsional.
Gunakan seperlunya secara seimbang.
Dengan
demikian, mulai hari ini jangan katakan “kesulitan ini membuat saya bersedih” ,
tapi katakanlah “saya merasa sedih karena saya menggunakan “perasaan” secara
berlebihan, tapi jika saya menggunakan “keimanan” maka kesulitan ini sedang
membersihkan dosa-dosa saya, saya bersyukur sekali”.
So,
yang sedih itu bukan Anda tapi perasaan Anda. Maka jangan pedulikan perasaan
Anda jika Anda anggap bahwa kesedihan Anda tidak membuat Anda menjadi lebih
baik dan lebih dekat kepada Allah.
Jika
Anda senang, maka janganlah terlalu senang. Sebab jika anda terlalu senang maka
Anda bisa menutup jalan menuju keimanan. Segeralah turunkan intesitas
kesenangan Anda, lalu ubahlah menjadi rasa syukur dengan menggunakan alat
keimanan. Sehingga selaras dan seimbanglah antara keselarasan dan keseimbangan.
“Tiada
suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami
jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang
luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi
membanggakan diri ” (QS. Al Hadid: 22-23)